Selasa, 07 April 2015

ESSAY TEKNOLOGI KOMUNIKASI 3



Budaya Anak-Anak saat ini dan Media Baru

Kemajuan pada media baru serta kehadiran internet sebagai media baru ikut mendorong pertumbuhan masyarakat informasi (August & Meadows, 2008:42). Dapat dibilang, pengguna internet tidak hanya semakin bertambah banyak dalam jumlah, namun juga semakin luas cakupannya, termasuk rentang usia. Kini, anak-anak pun menjadi pengguna. Di Indonesia ditemukan data bahwa 20-30 persen anak berusia 8-17 tahun mengakses situs (bkkbn.go.id, 2010), di Filipina 74 persen anak-anak usia 10 sampai 17 tahun mengakses internet (Asian Institute of Journalism and Communication, 2009), dan di Inggris terjadi peningkatan pengetahuan IT pada anak-anak usia 12-15 tahun hingga 70 persen (Ofcom, 2011).
            Dilihat dari secara keseluruhan, media baru pada saat ini telah manjadi pokok perbincangan di setiap kalangan, baik tua maupun muda, baik remaja bahkan anak-anak usia dini. Terlihat secara signifikan bahwa peran anak-anak sekarang ini telah jarang ditemui dikalangan masyarakat. Hal tersebut lah yang mempengaruhi budaya anak-anak zaman sekarang ini sehingga saat ini anak-anak telah dirubah kebudayaannya oleh media baru. Anak-anak seusia dini mungkin seharusnya banyak berkeliaran diluar rumah, dan sangat aktid untuk bersosialisasi terhadap lingkungannya, namun karena adanya budaya baru seperti internet yang sekarang ini dapat mengakses apa saja, maka anak-anak akan terbiasa menutup diri mereka, anggap saja bahwa anak-anak saat ini lebih memilih game online yang sangat mudah diakes melalui internet, yang nantinya akan menimbulkan bedroom culture, yang dapat diakses sendiri dan akan menciptakan budaya enggan bertanya pada anak-anak.
            Sebuah budaya akan tercipta dengan sendirinya bila dilakukan secara rutinitas atau terus menerus, hal itu juga sudah tergambar jelas bahwa keadaan saat ini bahwa anak-anak akan menciptakan budayanya sendiri karena adanya kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan itu lah yang akan mengarahkan mereka terhadap hal-hal yang berbau negative maupun positif. Jelas sekali, bahwa anak-anak sekarang ini lebih maju pengetahuan nya tentang dunia luar dan sangat banyak sekali informasi-informasi luar negeri yang dengan mudah mereka peroleh melalui internet sehinggan membuat mereka mau tidak mau melupakan media-media lama seperti Koran atau majalah yang dulunya sebagai sumber informasi. Ketertarikan pada media baru bukan hal sepele lagi untuk disinggung bagi kalangan masyarakat, media baru disini telah menciptakan segala bentuk penilaian bagi individu maupun kelompok atau komunitas.
            Poin pentingnya saat ini anak-anak telah ber metamorfosa menjadi anak-anak yang disebut dengan cyberkids atau the digital generation (Facer & Furlong, 2001; Buckingham, 2006; Tapscott, 1999; dalam Livingstone, 2011:348). Generasi digital atau anak-anak cyber dalam pengertian ini adalah generasi yang sudah terbiasa dengan teknologi komunikasi dan informasi. Generasi inilah ialah para “pemain” internet, mereka menemukan kemampuannya beraktivitas online secara mandiri, dan bahkan jika dibandingkan dengan orang dewasa mereka bisa lebih canggih dalam menguasainya. Sebab pada beberapa penelitian, seperti yang disebutkan Livingstone (2011:348), anak-anaklah yang mendorong terjadinya difusi teknologi komunikasi dan informasi masuk ke rumah. Mereka telah dianggap lebih fleksibel dan kreatif. Mereka secara aktif memilih media dan konten media tersebut.
            Media baru lainnya bukan hanya internet saja, tetapi kali ini ialah media-media yang sangat dekat dengan anak-anak sehingga mereka melupakan budaya anak yang seharusnya. TV atau televise merupakan media yang sangat dekat anak-anak. Setiap keluarga pasti memiliki televise dirumah dan ditonton setia hari dan setiap waktu, hal ini bahkan memungkinkan bahwa anak-anak cenderung akan lebih senang menonton TV dibandingkan beraktifitas lainnya. Kebanyakan anak menonton TV bukan hanya tayangan anak. Anak menonton segala acara, termasuk tayangan kehidupan orang dewasa. Masalahnya, jika anak menonton acara anak pun, belum tentu anak akan bebas dari virus buruk TV. Banyak acara TV bertema kekerasan dan mistik. Aksi kekerasan semacam membunuh, menembak, memukul, menampar, menendang, dan melukai sangat banyak tampil dalam acara anak-anak, baik animasi maupun sinetron. Ini belum ditambah dengan kekerasan verbal dan kata-kata kasar.
            Dalam bermain game online, anak cenderung bermain tanpa memikirkan waktu dan segala jenis keadaan. Game online saat ini bukan hanya hiburan semata yang ditunjukkan untuk anak, namun isi permain pada game online sekarang ini banyak yang mengadung kekerasan contoh Mortal Combat, Tomb Rider, Resident Evil, Street Fighter, dan lain-lain. Video game ini merupakan game yang diperuntukkan bagi orang dewasa, tetapi saat ini telah menjadi permainan populer di kalangan anak-anak. Permainan semacam ini menyajikan darah dan kekejaman secara ekspresif dan menu utama. Segala jenis bentuk permainan game online dapat membawa dampak buruk karena permainan ini sangat berpotensi mengucilkan anak-anak dari lingkungan sosialnya. Permaianan elektronik ini telah menghambat anak-anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sehinggan membentuk budaya bagi anak-anak. Mereka hanya bermain sendirian, interaksi dilakukan hanya dengan tokoh-tokoh maya yang padaa tingkat tertentu dapat mereka kendalikan dan mereka prediksi perilakunya. Dengan demikian permainan elektronik ini menutup peluang anak untuk berlatih menghadapi orang-orang lain dalam kehidupan sebenarnya. Permainan ini berpotensi menghambat proses sosialisasi anak-anak. Permainan ini juga dapat membuat anak kecanduan dan berbagai macam hal negative lainnya.
            Yang terakhir ialah pengguna handphone di kalangan anak-anak. Bukan hal tabu lagi jika saat ini kita melihat anak-anak telah menggenggam sebuah barang elektronik ini. Budaya anak terhadap pengguna HP saat ini sudah membentuk karakter anak yang menjadi lebih pasif dalam berkomunikasi langsung. Media yang satu ini punya kemampuan yang banyak sekali, bukan sekedar untuk menelpon atau sms, dan lain-lain. HP juga dapat dipakai untuk mengakses internet. Survei YPMA tahun 2006 menunjukkan bahwa anak umumnya menggunakan HP untuk meng-SMS, menelpon teman, memotret gambar, bermain game dan bertukar gambar melalui MMS. Hanya sebagian kecil, anak yang menggunakan HP untuk menelpon orangtua mereka.
            Anak-anak boleh saja menggunakan media baru untuk sisi positif kedepannya, namun jika ditelaah lagi, banyak anak-anak menyalahgunakan kesempatan mereka sebagai pengguna media baru ke beberapa-beberapa hal yang negative. Anak-anak cenderung memiliki sisi keingintahuan yang sangat besar dan sudah selayaknya para orangtua sadar akan perannya untuk menjaga anak-anak mereka dari dunia globalisasi ini. Terbentuknya budaya pada anak-anak pada saat ini juga akan menjadi PR untuk para orang tua karena bagaimana pun anak-anak seharusnya mendapatkan pengalaman masa anak-anak mereka dengan lingkungannya dan bersosialisasi dengan sangat baik untuk membentuk kepribadiannya dimasa depan dan dapat terbentuknya budaya anak yang seharusnya.